Penyimpanan blog

30 Desember 2008

Prisa adinda

Prisa saat ini melepas semua atributnya hanya untuk melambungkan dan makin melambungkan ketenarannya dengan menjual sisi lain dari dirinya untuk merubah image yang selama ini melekat (Miss Gitaris) band Metal dengan melakukan side project bersama rekan-rekannya di Morning Star dan sebelumnya tampil di muka umum dengan band Major Label J-Rock yang murni plagiat musik Japanese Rock (L’arc en Ciel) serta yang paling anehnya Prisa kembali tampil di bazzar SMUN 2 Bandung bersama grup band Metal Killed by Butterfly

Ada apakah gerangan?

Itulah konsistensi dan idealisme dalam hidup yang terkadang selalu digoda oleh hujaman keinginan sesaat dan semu demi untuk mencapai nilai ketenaran dan kekayaan yang semu juga. Dikenang sebagai musisi yang cerdas namun miskin dalam pencapaian hidup karena ‘menjual’ idealismenya dengan suatu hal yang belum tentu bernilai sama dengan idealisme awal.

Ironis memang, namun itulah wajah musik Indonesia dimana kalangan proletar (dalam konteks musik) hanya akan dijadikan batu loncatan untuk meniti karir musisi-musisi hedonis yang tidak akan pernah memahami ‘core’ musik dan sejarah komunitas itu dibentuk

So, Prisa secara gamblang saya katakan bahwa kekecewaan yang mendalam hadir dalam sanubari saya sebagai salah satu dari banyak orang ideal dan perfeksionis dalam dunia musik khususnya ‘underground’ bahwa musik bukanlah hanya sekedar ’style’ namun lebih bersifat ‘culture’ jadi -don’t be emo- apalagi jadi ‘poseur’

‘Culture’ bukanlah sesuatu hal yang dibuat dengan instan dan mudah karena lahir dari suatu pemikiran, kebiasaan dan kebebasan berekspresi

‘Cuture’ lebih bersifat tematik dan disilusionis karena akan betul-betul membentuk jati diri dan kepribadian kita sebagai manusia.

Saat ini hanya Prisa yang menjadi perhatian saya karena ia masih muda dan masih bisa merubah idealismenya kembali menjadi ikon Metal khususnya untuk kaum Hawa’ namun semuanya saya kembalikan kepada pribadinya

Tidak ada komentar: